TUTUP MENU PORTAL
Pendaftaran Pelatihan


Ciloto Learning
Center


Pelaporan Diklat


Pengaduan
Masyrakat


Akreditasi Ciloto


Penataan Arsip
WBK


Elogbook


Whistle Blowing
System

M
E
N
U

P
O
R
T
A
L

Detail Info Terkini

Isi Informasi Tentang Kegiatan/Berita Di BBPK Ciloto

Kompetensi Petugas Ambulance Terhadap Kualitas Layanan Pra Hospital di Kecamatan Cipanas Pacet Kabupaten Cianjur

Dipublikasi Pada: Kamis, 02 Desember 2021 - 15:00 WIB


Oleh : dr. Yan Bani Luza Primawangsa, MKM. - Widyaiswara Madya BBPK Ciloto

Kondisi layanan kesehatan di Indonesia terutama pelayanan emergensi pra- hospital masih sangat sederhana. Pelayanan emergensi pra-hospital seringkali hanya menggunakan alat transportasi yang seadanya dalam melakukan evakuasi kasus emergensi, baik kasus emergensi yang terjadi karena kondisi darurat medis, kecelakaan, maupun bencana alam. Kondisi tersebut membuat korban yang dalam kasus emergensi tidak memperoleh pelayanan pra-hospital yang memadai. Akibatnya, banyak korban yang meninggal dunia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, atau menderita cacat yang seharusnya tidak terjadi jika memperoleh pelayanan pra-hospital yang memadai. Sistem pelayanan pra hospital membutuhkan SDM (sumber daya manusia) dan fasilitas (sarana dan pra sarana) yang terintegral dengan sistem pelayanan gawat darurat intra rumah sakit, sehingga koordinasi dan sinkronisasi sistem pelayanan gawat darurat membutuhkan suatu organisasi sebagai panduan atau pedoman dalam melaksanakan sistem pelayanan gawat darurat terpadu baik dalam kedaaan bencana maupun dalam kedaaan gawat darurat sehari hari. Proses penanggulangan penderita gawat darurat harus sudah dimulai dari tempat kejadian, dan tindakan ke gawat daruratan harus dilakukan dari tempat kejadian sebagai langkah awal yang dikenal dengan BHD (bantuan hidup dasar). Kebutuhan akan ambulans gawat darurat menjadi sangat penting sebagai pilar utama dalam rantai pelayanan kesehatan dan emergency respons plan baik di rumah sakit maupun public service/.perusahaan. Ambulans gawat darurat merupakan sarana pelayanan medis darurat diluar rumah sakit (pra hospital) dengan kata lain sarana kesehatan (gawat darurat) menghampiri pasien/korban bukan pasien / korban yang menghampiri sarana kesehatanan. Dengan demikian respons time pertolongan darurat dapat terlaksana secara cepat dan tepat, dan terhindar dari keterlambatan. Karekteristik dari layanan ambulance yang bermutu yaitu: 1) Fungsional yaitu terkait dengan kegunaan. 2) Temporal yaitu seperti tepat waktu, ketersediaan, akurat dll. 3) Phisikal yaitu seperti mekanik, elektrik, kimia ,fiisika dll 4) Sensory yaitu berkaitan dengan kemampuan panca indra. 5) Behavorial yaitu berkaitan dengan sifat seperti sopan santun, disiplin, kejujuran dll. 6) Ergonomic yaitu berkaitan dengan keselamatan, kenyamanan dan kesehatan. Untuk mampu memberikan kualitas pelayanan ambulance yang baik, maka Puskesmas harus dapat mengembangkan metode untuk mengukur kinerja dan mengkoreksi terhadap penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan gawat darurat. Melalui evakuasi dan transportasi yang tepat dapat membantu penanganan penderita gawat darurat dengan baik. Pada pelayanan gawat darurat terkadang diperlukan merujuk pasien karena penanganan di tempat tersebut tidak dapat dilakukan oleh karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memungkinkan untuk dilakukan penanganan yang definitif. Untuk itu dibutuhkan sarana evakuasi dan transportasi yang memadai berupa ambulance yang lengkap dengan sarana prasarananya.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dapat mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah menjelaskan secara menyeluruh masalah yang akan diteliti dan diamati saja. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif akan menjadi pedoman ketika akan melakukan suatu penelitian. Dengan penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Kegiatan pengolahan data penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, interprestasi data, dan pada akhirnya dirumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada analisis data tersebut. Metode yang digunakan ini adalah untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas namun berusaha mencari fakta dengan interpretasi yang tepat sesuai dengan situasi kondisi yang ada pada saat itu.
Responden yang peneliti wawancarai terdiri dari 12 (dua belas) orang yang berprofesi sebagai berikut : 3 (tiga) orang sebagai Kepala Puskesmas (Cipendawa, Sukanagalih dan Cipanas), 3 (tiga) orang sebagai supir ambulance, 3 (tiga) orang sebagai perawat ambulance dan 3 (tiga) orang sebagai dokter ambulance.
Ketiga puskesmas responden ini mengadakan dan memberikan pelayanan pra hospital pada masyarakat pengguna, dan dalam pelaksanaannya dibekali dengan standar operasional prosedur (SOP). Prosedur pengoperasian ambulance dalam pelayanan pra hospital mengutamakan pasien gawat darurat, menstabilkan kondisi pasien sebelum dirujuk dan mendampingi pasien selama proses rujukan serta memperhatikan tanda-tanda vital pasien selama proses rujukan. Penanggung jawab (supir) ambulance bertanggung jawab untuk mempersiapkan kendaraan untuk siap jalan. Perawat mempersiapkan dan menggunakan sarana prasarana yang ada di ambulance serta mempersiapkan administrasi rujukan. Sebagai petugas ambulance yang ditugaskan adalah: Supir ambulance dan perawat IGD sedangkan dokter tidak ada penugasan dari kepala puskesmas. Kebanyakan petugas ambulance belum mendapatkan pelatihan terkait kompetensinya sebagai petugas ambulance. Khususnya supir ambulance belum pernah mendapatkan pelatihan terkait pelatihan bantuan hidup dasar (BHD). Sedangkan perawat yang sudah mendapatkan pelatihan BTCLS hanya 1 orang dan dokter yang mendapatkan pelatihan ATCLS juga 1 orang. Kompetensi yang selama ini sudah dimiliki oleh petugas ambulance baru sebatas kemampuan mengemudi saja namun belum memperoleh pelatihan drive safety, belum memiliki kompetensi BHD yang dibutuhkan bila pasien yang sedang dibawa oleh ambulance mengalami kondisi gawat darurat. Sedangkan untuk perawat ambulance sudah mendapatkan kompetensi melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan. Kendala yang sering dijumpai dalam pengoperasian ambulance pada pelayanan pra hospital terutamanya berkaitan dengan kondisi pasien yang keadaannya tidak stabil dan jalanan yang macet, serta keadaan sarana prasarana yang minim dan tidak lengkap di dalam ambulance (karena ambulance yang dioperasikan tidak sesuai dengan standar).

Selengkapnya.. Download Karya Tulis Ilmiah

<< kembali ke indeks berita



Berita Lainnya:


FAKTOR LIGKUNGAN RUMAH HONAY TERKAIT DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN NAFAS AKUT (ISPA) DI DISTRIK MBUA KABUPATEN NDUGA PROVINSI PAPUA
Senin, 18 November 2024 - 13:29 WIB
PELATIHAN PENGELOLAAN DIABETES MELITUS TIPE 2 SECARA KOMPREHENSIF BAGI DOKTER DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
Senin, 18 November 2024 - 11:10 WIB
5 LANGKAH TEPAT MENANGANI KELUHAN
Rabu, 13 November 2024 - 17:00 WIB
PELATIHAN ABILITY TO EXECUTE (A2E) ESSENTIALS BAGI RS MATA CICENDO BANDUNG
Senin, 11 November 2024 - 19:39 WIB
UPACARA TABUR BUNGA DI MAKAM PAHLAWAN KESEHATAN DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO DALAM RANGKA HARI KESEHATAN NASIONAL KE 60
Selasa, 05 November 2024 - 11:12 WIB
PELATIHAN PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT GELOMBANG 1
Senin, 04 November 2024 - 16:10 WIB