BOM WAKTU DI TUBUH KITA: KENALI, CEGAH, DAN KENDALIKAN SEKARANG
Dipublikasi Pada: Sabtu, 17 Mei 2025 - 18:28 WIB
Oleh : Rizqiana Halim, SKM, MKM - Analis Diklat BBPK Ciloto
Bayangkan ada bom waktu yang diam-diam berdetak di tubuh kita. Kita menjalani hari seperti biasa, tanpa curiga, hingga tiba-tiba…“
BOOM!” bom itu meledak dalam bentuk stroke atau serangan jantung yang menghantam tanpa ampun. Bom waktu itu adalah hipertensi.
Di seluruh dunia, lebih dari 1,28 miliar orang dewasa menderita hipertensi. Ironisnya, hampir separuh dari mereka tidak menyadari kondisinya. Di Indonesia, hipertensi menjadi salah satu musuh terbesar; ia adalah faktor risiko penyebab kematian keempat. Lebih menyedihkan lagi, dari setiap 10 orang yang terdiagnosis hipertensi, hanya 2 yang berhasil menjaga tekanan darahnya tetap terkendali.
Hipertensi, sering kita kenal dengan tekanan darah tinggi, dikenal sebagai “
silent killer” karena sering tak menampakkan gejala hingga tiba-tiba menimbulkan komplikasi serius seperti stroke dan serangan jantung. Fenomena ini bukan sekadar cerita, melainkan fakta yang mengancam jutaan orang di Indonesia. Meski menjadi fokus utama pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Rencana Strategis Kemenkes 2020-2024, tantangan seperti rendahnya kesadaran dan akses layanan kesehatan masih menghambat upaya penanggulangannya. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami risiko hipertensi dan mengambil langkah nyata, baik secara individu maupun kolektif, agar “
bom waktu” ini bisa diputus sebelum terlambat.
Tantangan dalam Pengendalian Hipertensi di Indonesia
Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, pengendalian hipertensi di Indonesia masih penuh tantangan. Salah satu masalah utama adalah banyak orang yang belum sadar bahaya hipertensi dan betapa pentingnya cek kesehatan berkala sejak dini agar kita tahu lebih awal kondisi diri kita.
Selain itu, akses ke layanan kesehatan di desa-desa dan daerah terpencil masih terbatas. Fasilitas dan tenaga medis di sana sering kurang memadai untuk menangani hipertensi secara menyeluruh. Pola makan kita yang tinggi garam dan rendah serat juga membuat risiko hipertensi semakin tinggi.
Semua tantangan ini saling terkait dan butuh solusi yang menyeluruh dan kerja sama dari banyak pihak. Lalu, apa yang bisa dilakukan?
1. Meningkatkan Kesadaran dan Edukasi Masyarakat
Salah satu tantangan terbesar dalam mengendalikan hipertensi di Indonesia adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit ini dan pentingnya deteksi dini. Banyak orang tidak menyadari bahwa tekanan darah mereka tinggi sampai komplikasi serius muncul. Untuk itu, edukasi yang masif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar lebih banyak orang mau rutin memeriksakan tekanan darah dan menjalani pola hidup sehat.
Berbagai langkah pun dilakukan untuk edukasi yang luas dan terus-menerus, seperti kampanye nasional tentang pentingnya cek tekanan darah secara rutin, menggelar pemeriksaan kesehatan gratis, memberikan informasi lewat media sosial, televisi, dan komunitas lokal, serta melibatkan tokoh masyarakat dan
influencer agar pesan ini tersampaikan lebih luas dan efektif.
Pemerintah, melalui Kemenkes, sudah menginisiasi program
CERDIK (
Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok,
Rajin aktivitas fisik,
Diet sehat dengan kalori seimbang,
Istirahat cukup, dan
Kelola stres) sebagai bagian dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit sejak dini.
2. Penguatan Layanan Kesehatan Primer
Layanan kesehatan primer memegang peranan penting dalam deteksi dan pengelolaan hipertensi, terutama di daerah pedesaan dan terpencil yang sering kesulitan mengakses fasilitas kesehatan. Banyak puskesmas masih belum punya kapasitas dan alat yang memadai untuk skrining tekanan darah secara rutin. Untuk itu, pemerintah melalui Kemenkes terus meningkatkan kemampuan tenaga medis di puskesmas lewat pelatihan-pelatihan, sekaligus menyediakan alat pengukur tekanan darah yang mudah diakses masyarakat.
Selain itu, program Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular) juga aktif dijalankan untuk membantu deteksi dini dan pengelolaan hipertensi di tingkat komunitas. Salah satu inovasi yang efektif adalah skrining
door-to-door, di mana tenaga kesehatan dan kader lokal mendatangi rumah warga untuk memeriksa tekanan darah dan memberikan edukasi langsung. Cara ini sangat membantu menjangkau masyarakat yang sulit ke fasilitas kesehatan, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup sehat dan pemeriksaan rutin. Dengan langkah-langkah ini, pengendalian hipertensi diharapkan bisa lebih merata dan tepat sasaran.
3. Inovasi Teknologi dan Kolaborasi Multisektor
Di era digital seperti sekarang, teknologi bias menjadi salah satu senjata ampuh dalam mengendalikan hipertensi. Kemenkes misalnya, mengembangkan aplikasi SATUSEHAT yang terintegrasi dengan fasilitas kesehatan. Lewat aplikasi ini, masyarakat bisa memantau tekanan darah, mendapat pengingat minum obat, dan mendapatkan rekomendasi gaya hidup sehat secara mudah. Selain itu, Kemenkes juga menyediakan layanan telekonsultasi bebas pulsa lewat Quitline.INA untuk membantu mereka yang ingin berhenti merokok, karena merokok adalah salah satu faktor risiko hipertensi. Layanan ini bisa diakses melalui telepon, WhatsApp, dan Telegram, memudahkan siapa saja untuk mendapatkan dukungan kapan pun dibutuhkan.
Tak hanya itu, Kemenkes juga menggalakkan kolaborasi multisektor untuk memperkuat pengendalian hipertensi. Program skrining hipertensi kini sering digabungkan dengan kegiatan kesehatan lain seperti posyandu, imunisasi, dan layanan kesehatan ibu dan anak, sehingga lebih banyak masyarakat yang terjangkau. Kerja sama juga dilakukan dengan berbagai organisasi profesi kesehatan dan lembaga seperti Yayasan Jantung Indonesia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ke depan, Kemenkes berencana bekerja sama dengan industri makanan guna mengurangi kadar garam dalam produk olahan, mengikuti aturan batas konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL). Semua upaya ini diharapkan bisa membuat pengendalian hipertensi lebih efektif dan menyeluruh, dari teknologi hingga kolaborasi lintas sektor.
Mari Bertindak Bersama!
Hipertensi bukanlah masalah yang bisa kita selesaikan sendirian. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Yuk, mari kita:
-
Mulai dari Diri Sendiri
Cek tekanan darah secara rutin dan terapkan gaya hidup sehat, seperti rajin berolahraga dan mengurangi konsumsi garam. Langkah sederhana ini bisa mencegah risiko hipertensi menjadi masalah serius dan membuat kualitas hidup kita jauh lebih baik. Jika sudah terdiagnosis, jangan lupa untuk minum obat secara teratur dan rutin kontrol ke fasilitas kesehatan agar komplikasi bisa dihindari.
-
Ajak Keluarga dan Teman Bergerak Bersama
Kesehatan bukan hanya urusan pribadi, tapi juga tanggung jawab bersama. Yuk, ajak keluarga dan teman untuk sama-sama sadar akan bahaya hipertensi dan menjalani pola hidup sehat. Dengan dukungan mereka, proses menjaga kesehatan jadi lebih mudah dan menyenangkan.
-
Manfaatkan Layanan dan Dukung Kebijakan Kesehatan
Jangan ragu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat dan layanan seperti Quitline Kemenkes untuk konsultasi berhenti merokok atau masalah kesehatan lainnya. Di sisi lain, para pemangku kebijakan juga perlu terus memperkuat layanan kesehatan dan mendorong inovasi agar pencegahan serta pengendalian hipertensi bisa menjangkau seluruh masyarakat.
Dengan langkah ini, kita bisa bersama-sama menekan angka hipertensi dan membangun generasi yang lebih sehat.
Ayo, kita mulai sekarang!
==================================(990 words)================================
Referensi:
World Health Organization. (2023). Noncommunicable diseases. World Health Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Studi kohor faktor risiko penyakit tidak menular tahun 2021. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2024). Laporan tematik Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Kementerian Kesehatan RI.
Lubis, I.A.P. (2024). Diet Rendah Garam pada Pasien Hipertensi.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh, 3 (1).
http://dx.doi.org/10.29103/jkkmm.v3i1.14973
Pratama, D. A. (2024). Hubungan indeks massa tubuh, aktivitas fisik, dan asupan makan dengan hipertensi pada lanjut usia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia, 8(2).
https://doi.org/10.52643/jukmas.v8i2.4807
<< kembali ke indeks berita
Berita Lainnya:
PEMBUKAAN PELATIHAN PBJ LEVEL 1 KELAS RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO: SINERGI BBPK CILOTO DAN RSCM DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI ASN
Senin, 05 Mei 2025 - 10:14 WIB
Orang Jujur itu Berintegritas
Jumat, 02 Mei 2025 - 09:23 WIB
SEMANGAT AKSI NYATA DALAM UPACARA BENDERA
Senin, 21 April 2025 - 09:43 WIB
PENUTUPAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN HAJI (TKH) KLOTER
Jumat, 18 April 2025 - 15:00 WIB
SEMANGAT BELA NEGARA WARNAI KEGIATAN LO BULANAN BBPK CILOTO
Kamis, 17 April 2025 - 14:20 WIB
PENUTUPAN PELATIHAN PPIH DI BBPK CILOTO: KOMITMEN TINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN HAJI
Selasa, 15 April 2025 - 13:00 WIB