Detail Info Terkini

Isi Informasi Tentang Kegiatan/Berita Di BBPK Ciloto

SCOOPING IMMERSION

Dipublikasi Pada: Rabu, 17 Januari 2024 - 12:00 WIB


Oleh: Oktarina Permatasari  (Widyaiswara Pertama BBPK Ciloto)

Menurut pengalaman Anda, hal apa yang paling dirasa berkesan dari seorang fasilitator?
Dalam beberapa survei tentang Fasilitator atau Widyaiswara yang berkesan bagi peserta salah satunya karena penggunaan metode pembelajaran yang baik1).  Tentunya banyak lagi alasan yang dikemukan, namun tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan metode yang baik merupakan salah satu faktor pendukung proses belajar mengajar yang efektif.
Lalu metode seperti apakah yang dikatakan baik?
Metode pembelajaran yang baik tentunya jika metode tersebut tepat sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran sehingga tidak terjadi ketidakcocokan antara kegiatan belajar dengan tujuan pembelajaran. Tentu di dunia pelatihan, Anda sering mendengar sejumlah metode seperti diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, simulasi dan masih banyak lagi yang lain1). Sementara untuk sesi dimana peserta langsung menuju suatu lokasi/ instansi tertentu guna mendapatkan pembelajaran sering diistilahkan dengan PKL (Praktek kerja lapangan), OL (Observasi Lapangan), ataupun Visitasi. Lalu pernahkan Anda mendengar metode immersion?
Guna mempelajari mengenai pendekatan immersion, pada tanggal 11-13 Desember 2023 lalu, seluruh Widyaiswara BBPK Ciloto mengikuti ToT Immersion Method Workshop dengan narasumber Ibu Yulia Sugandi,Ph.D (peneliti dan pendidik di bidang perubahan sosial organik dan keadilan sosial-ekologis, CTSS office, Institut Pertanian Bogor (IPB))
Immersion dapat diartikan keterlibatan mental yang mendalam dan dilakukan dengan membuka diri guna memahami dan merasakan konteks secara mendalam dengan menerapkan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dan percakapan informal2). Immersion sering disamakan dengan realisme, kealamian, kehadiran, dan merasakan atmosfer sekitar, yang menjadikan immersion menjadi konsep membaur. Dalam narasi lain diibaratkan immersion sebuah fenomena yang dialami oleh seorang individu ketika mereka berada dalam keadaan yang dalam keterlibatan mental di mana kognitif mereka (dengan atau tanpa rangsangan sensorik) menyebabkan pergeseran perhatian mereka sedemikian rupa sehingga seseorang mungkin mengalami disosiasi dari kesadaran akan dunia fisik dan hanya berfokus pada lingkungan yang dibaurnya 3). Ibu Yulia mencontohkannya ibarat teh celup yang membaur di air sehingga membuat air yang semula putih menjadi coklat sempurna. Metode immersion bersama dengan “solution mapping” bertujuan untuk membangun hubungan dan empati dengan masyarakat dan komunitas di tempat di mana mereka dapat belajar tentang kehidupan sehari-hari, pengetahuan, pengalaman, dan konteks masyarakat. Secara lebih lanjut metode immersion bersama dengan “solution mapping” dapat digunakan untuk mengidentifikasi pendekatan bottom-up terhadap inovasi sosial 4). Apabila immersion hanya dilakukan pada lingkup tertentu yang terbatas, maka dikenal dengan scooping immersion.
Mungkin Anda pernah melihat konsep pembelajaran Latsar tempo dulu dengan nilai Dasar ANEKA, dimana peserta mengunjungi suatu instansi seperti mall pelayanan publik untuk melihat penerapan Etika publik. Kegiatan tersebut diawali dengan (surat) perijinan terlebih dahulu kepada instansi dan instansi mengetahui “identitas peserta latsar” ketika berkunjung. Pendekatan pembelajaran tersebut termasuk dalam visitasi/ kunjungan. Jika visitasi / kunjungan menunjukkan adanya perbedaan nyata antara yang berkunjung dengan komunitas yang dikunjungi, serta identitas pengunjungnya nampak dikenali, maka scooping immersion lebih tergambar dalam konsep ngobrol membaur sehingga tidak dapat dikenali secara nyata identitas “pengunjung” dan tidak dapat dibedakan secara nyata mana komunitas dan mana pihak yang melakukan scooping immersion.
Di BBPK Ciloto, metode scooping immersion telah coba diimplementasikan pada Pelatihan Pelayanan Prima berbasis Soft Skill dalam materi Penerapan Pelayanan Prima dalam Pelayanan. Pada materi tersebut peserta diberi tugas untuk secara mandiri mendatangi pemberi layanan, memposisikan sebagai penerima layanan. Dalam hal tersebut tidak ada perijinan, dan identitas sebagai peserta pelatihan tidak ditampakkan, sehingga dapat membaur dengan pengunjung lain dan menilai bagaimana kualitas layanan dari perspektif pengunjung5).
Secara sederhana, visitasi dan scooping immersion dapat dibedakan sebagai berikut 2):

Scooping Immersion Visitasi
Percakapan informal (ngobrol) Wawancara
Observasi partisipasi Observasi tanpa partisipasi
Melihat – Merasa – Berubah Analisis – Berpikir – Berubah

 
Pada konsep scooping immersion, tidak ada instrumen khusus yang diperlukan. Instrumennya hanyalah seluruh panca indra kita. Seluruh perhatian dan panca indra kita pusatkan untuk menangkap informasi dari “teman ngobrol” kita selama sesi berbaur, mulai mengamati lingkungan sekitar, mendengarkan secara aktif dan mencoba merasakan apa yang dirasakan komunitas dimana kita meleburkan diri. Proses scooping immersion berlangsung sealamiah mungkin sehingga komunitas dimana kita melebur tidak merasa sedang diamati 2). Oleh karena itu sejumlah hal harus dipersiapkan untuk masuk dalam komunitas (entering the community), antara lain:
1. Persiapan penampilan

Dianjurkan untuk menggunakan pakaian yang sama dengan pengunjung lain pada umumnya. Tidak menggunakan atribut yang menunjukkan identitas diri, misal pakaian dinas atau atribut dengan logo instansi, serta berpenampilan wajar (tidak mencolok).
2. Persiapan bahasa

Proses “ngobrol informal” selama sesi membaur dapat pula dilakukan menggunakan bahasa daerah setempat (jika memang dirasa akan meningkatkan kualitas hubungan).
3. Etika

Pahami pula etika yang berlaku di komunitas sehingga proses membaur dapat berjalan dengan baik.
4. Persiapan memulai percakapan

Tidak perlu terburu- buru untuk memulai percakapan, Anda dapat melakukan analisa situasi dulu untuk memahami lokasi dimana Anda akan membaur. Dapat pula disiapkan bahan untuk memulai percakapan, seperti menyiapkan kudapan untuk bisa memulai percakapan dengan menawarkan makanan ataupun metode lain. Tentunya gunakan bahasa sederhana selama melakukan obrolan dan upayakan mendengar secara penuh guna menangkap pesan yang disampaikan oleh “teman ngobrol” kita. Hal terpenting agar nampak natural yaitu Anda tidak boleh mencatat apapun selama mengobrol, maka pastikan point penting obrolan terekam dalam memori Anda
Lalu apa yang menjadi topik obrolan?
Meskipun dilakukan melalui obrolan informal tanpa instrumen apapun, namun scooping immersion tetap memiliki topik atau area of conversation yang ingin kita ketahui / kita gali 2). Topiknya tentunya beragam sesuai tujuan scooping immersion yang kita lakukan. Apakah untuk mengetahui bagaimana kualitas layanan suatu instansi, alasan mengapa masyarakat banyak berkunjung pada suatu layanan publik dan topik lain yang ingin Anda ketahui, tentunya dari perspektif pelanggan / masyarakat yang kita ajak ngobrol.
Maka, apakah Anda tertarik untuk mencoba?
 
Referensi:

  1. Dra. Indrawati, M.TEFL. (2018). Metode Pembelajaran – Modul Pelatihan Widyaiswara Inpassing. Lembaga Administrasi Negara
  2. Sugandi, Yulia. 2023. Kumpulan Bahan Ajar TOT Immersion Method Workshop.
  3. Agrewal, S., Simon, A. M. D., Bech, S., Bærentsen, K. B., & Forchammer, S. (2020). Defining immersion: literature review and implications for research on audiovisual experiences. Journal of the Audio Engineering Society68(6), 404-417.
  4. Moore, M.-L., Riddell, D., & Vocisano, D. (2015). Scaling Out, Scaling Up, Scaling Deep: Strategies of Non-profits in Advancing Systemic Social Innovation dalam Puspita, A. A., Prameswari, I., & Sugandi, Y. (2023). Solution Mapping Tools: Identifying a Bottom-Up Approach to Social Innovation. Jurnal Sosioteknologi22(2).
  5. BBPK Ciloto. 2022. Kurikulum Pelatihan Pelayanan Prima Berbasis Softskill.


<< kembali ke indeks berita



Berita Lainnya:


PELATIHAN PENUGASAN KHUSUS TENAGA KESEHATAN BERBASIS TIM BATCH XXVII
Jumat, 19 April 2024 - 11:00 WIB
PELATIHAN PELAYANAN PRIMA BERBASIS SOFT SKILLS BAGI SDM KESEHATAN
Kamis, 18 April 2024 - 09:20 WIB
GAMBARAN PERLUNYA PENGAWASAN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH SD DI INDONESIA
Selasa, 02 April 2024 - 08:47 WIB
PELATIHAN EPIDEMIOLOGI LAPANGAN LEVEL INTERMEDIATE BAGI PETUGAS EPIDEMIOLOG DI DINAS KESEHATAN
Senin, 18 Maret 2024 - 17:33 WIB
PERSEPSI DOKTER GIGI TERHADAP PELATIHAN PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN BIDANG KEDOKTERAN GIGI KERJASAMA PDGI DENGAN BBPK CILOTO
Jumat, 16 Februari 2024 - 09:19 WIB
PENANDATANGANAN PERJANJIAN KINERJA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN TAHUN 2024
Kamis, 15 Februari 2024 - 17:00 WIB